Tuesday, January 28, 2020

Membangkitkan Semangat Kebangsaan Melalui Sejarah

Selamat datang di , yang selalu berusaha menyediakan berbagai artikel yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan informasi. Pada kesempatan ini akan membahas tentang “ Membangkitkan Semangat Kebangsaan Melalui Sejarah”, dan jangan coba-coba untuk beranjak dari tempat ini. Karena akan segera membahasnya dan langsung saja simaklah ulasan di bawah ini!
Pemahaman umum tentang Nasionalisme pada saat ini cenderung mengacu kepada kriteria yang digunakan pada masa revolusi, yang dimana seluruh potensi bangsa dipadukan untuk membebaskan diri dari penjajahan dan mulai dengan pembangunan. Padahal seperti halnya aspek lain dalam kehidupan masyarakat, perasaan kebangsaan juga mengalami perubahan dan perkembangan.
 yang selalu berusaha menyediakan berbagai artikel yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan Membangkitkan Semangat Kebangsaan Melalui Sejarah
Pemahaman tentang Nasionalisme pada saat revolusi Indonesia mengacu pada perasaan kebersamaan dalam penderitaan saat masa penjajahan, dan menghidupkan semangat persatuan dan kesatuan seperti diungkapkan dalam Sumpah Pemuda di tahun 1928. Asumsi bahwa pemahaman kebangsaan dalam konsep “nasion” adalah milik bangsa seluruhnya, namun pada refleksi selanjutnya ternyata baru dipahami oleh kelompok/golongan tertentu masyarakat terdidik saja. Nasion adalah pemahaman “imagined community “ baru merupakan “ komunitas politik yang dibayangkan” atau an imagined political community pada pemikiran para pelopor gerakan kebangsaan atau golongan terpelajar, yang tidak saling mengenal atau pernah bertemu saat itu, namun memiliki pikiran yang sama. Tetapi karena sosialisasinya yang gencar melalui komunikasi dan media, maka gema semangat itu sampai keseluruh penjuru tanah air dan mencapai seluruh penduduknya.

Pemahaman semangat kebangsaan kemudian dipelajari kembali di waktu periode national and character building tahun 1950/1960-an dalam mewujudkan sebuah nation state, pada waktu itu modal semangat kebangsaan dikembangkan dengan solidaritas, sense of belonging, dan diperkuat dengan semangat membangun. Namun  pembangunan yang tidak memperhatikan keadilan dalam pembagian hasilnya ternyata bukan memperkuat national and character building, bahkan telah menggoyahkan usaha-usaha penguatan solidaritas kebangsaan.

Pembangunan di bidang pendidikan yang belum menghasilkan taraf pendidikan penduduk atau literacy  yang memadai, dalam mampu memahami sepenuhnya proses membangun sebuah imagined society dan memahami berbagai gejolak perubahan kemasyarakatan, telah tersusul oleh berbagai tantangan-tantangan lain yang harus segera ditanggapi. Arus dari globalisasi, kemajuan ilmu dan teknologi yang cepat, krisis finansial yang berkembang menjadi krisis ekonomi memasuki kehidupan kebangsaan kita yang masih rapuh, dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi.

Dalam kondisi kehidupan yang nyatanya semakin sulit, segala persoalan yang dihadapi dengan solusi jangka pendek, yang instant, dengan mengabaikan kepentingan jangka panjang. Landasan kebangsaan baru dibangun melalui semangat persatuan pada waktu memperjuangkan kemerdekaan, ternyata tidak berhasil diaplikasikan pada pemecahan persoalan-persoalan politik ekonomi, atau sosio-kultural pada saat hasil kemerdekaan seharusnya dapat dinikmati oleh semua orang. Dalam konteks sosial yang berbeda, ternyata semangat persatuan merupakan gagasan sejarah yang dimitoskan dan disakralisasikan, tidak mempunyai dasar empirik.

Saat permasalahan besar terjadi yang mempersoalkan keadilan, dan arus globalisasi dalam bentuk acaman ekonomi masuk, maka kecenderungan untuk kembali kepada yang lebih dekat yang lebih memberikan rasa aman atau sense of security, jati diri yang lebih akrab dan lebih demokrasi yang lebih mengakar rumput, menyebabkan daerah berpaling kepada dirinya sendiri. Kecenderungan itu telah diramalkan oleh para futurolog, bahwa dalam perkembangan Nasionalisme yang tidak mengacu pada identitas atau unsur-unsur budaya yang universal kecenderungannya merujuk kepada identitas dan unsur-unsur lokal yang ditandai oleh etnisitas, tradisi atau agama akan menggejala. Selanjutnya apabila kesadaran lokal disertai dengan persaingan etnik dan agama yang tidak sehat, maka akan terjadi gerakan-gerakan separatis yang mencabik-cabik masyarakat negara bangsa yang telah dirikan bersama, dan mengancam rasa aman serta kesejahteraan seluruh bangsa.

Hal itu membuat generasi muda yang tidak menyaksikan gelora semangat persatuan dan kebangsaan berhasil mengusir penjajah pada tahun 1945 kecuali melalui wacana, karena dilahirkan pada zaman ketika kesejahteraan secara relatif telah tercapai dan dibesarkan dalam simbol-simbol budaya yang berbeda akibat globalisasi dan revolusi ilmu dan teknologi yang saat ini dengan ikon-ikon McDonald, MTV, dan lain sebagainya. Mempertanyakan kembali kebenaran faktual dari pengalaman kolektif berbangsa, dan sekaligus menimbulkan keraguan akan manfaat sejarah atau pelajaran sejarah, yang selalu didengungkan sebagai sarana pembangkit semangat kebangsaan dan persatuan, apakah masih berguna di dalam kehidupan mereka yang sudah sama sekali berubah dari kehidupan generasi sebelumnya.

Pengalaman membuktikan bahwa belajar sejarah akan sangat membantu seseorang di dalam memetakan masa depan, dibuktikan oleh orientasi bahwa sejarah tidak hanya terpaku kepada masa lampau yang kemudian berhenti pada masa kini, melaikan menoleh ke masa lampau untuk belajar dari kesalahan-kesalahan yang lalu agar dihindari dalam menghadapi kehidupan masa kini, serta mengantisipasi kehidupan masa yang akan datang, yang mereka sebagai generasi akan menghidupinya.

Kesadaran sejarah juga dibangun pemahamannya melalui pendidikan, antara lain didukung oleh kesadaran perjalanan waktu dalam kehidupan seseorang atau kehidupan berbangsa, dan bahwa pengkajian masa lampau itu kecuali fungsi untuk memahami permasalahaan kehidupan sekarang juga berorientasi ke masa depan, dengan membaca kecenderungan atau proyeksinya. Misalnya; proyeksi negara-negara dalam komunitas dunia di masa mendatang akan sangat ditentukan oleh kesiapan negara-negara tersebut di dalam meningkatkan daya saing untuk menghadapi tantangan hidup di abad yang akan datang seperti dalam pembangunan di bidang pendidikan, kependudukan, kesehatan, pemeliharaan lingkungan, pertumbuhan ekonomi dan lain sebagainya.

Proyeksi masa depan dunia dikaji dari sejarah negara-negara bangsa atau peradaban-peradaban yang ditandai oleh identitas kultural mereka di dalam menjaga atau mengantisipasi kemungkinan terjadinya konflik di antara mereka.

Perubahan dan kontinuitas adalah konsep-konsep utama sejarah dalam membentuk irama kehidupan dan masa lampau yang menentukan masa kini dan mempersiapkan diri untuk menatap masa depan merupakan manfaat dalam membaca perspektif melalui sejarah, sehingga dalam keadaan yang berbahaya pun kita dapat mempunyai kekuatan penyeimbang atau balance yang memberikan rasa optimis untuk mencari penyelesaian dan keluar dari permasalahan/kesulitan.

Referensi:
Rochiati Wiriaatmadja (2002: viii-xii),Pendidikan Sejarah di Indonesia: Perspektif Lokal, Nasional, dan Global, Bandung: Historia Utama Press.

Demikianlah ulasan tentang “Membangkitkan Semangat Kebangsaan Melalui Sejarah”, semoga bermanfaat untuk para pembaca, untuk kurang lebihnya mohon maaf, sekian dan terima kasih!